Didalamtatanan kehidupan yang demokratik itu, warga Jam'iyah Nahdlatul Ulama sebagai bahagian dari bangsa Indonesia bertekad untuk bersama komponen bangsa lain
untukindonesia, nahdlatul 'ulama sebagai ormas islam terbesar indonesia telah mengakui thariqah dasuqiyyah (nama lain dari thariqah burhamiyyah) sebagai thariqah mu'tabarah yang bernaung dalam organisasi otonomnya yaitu jatman (jam'iyah ahlith thoriqoh al mu'tabarah an-nahdliyah) yang sekarang habib muhammad luthfi bin yahya merupakan rois
Tolongsubscribe, ya! #khyahyacholilstaquf #gusyahya #ketuaumumpbnu #pbnu
Fast Money. Badung, NU OnlineNahdlatul Ulama NU awalnya adalah jamaah, perkumpulan. Isinya adalah orang-orang yang memiliki kesamaan tradisi keagamaan. Lalu oleh para kiai, jamaah itu dihimpun dalam wadah organisasi jam'iyyah dengan nama yang berarti kebangkitan ulama. Jika sudah menjadi jamiyyah, maka mestinya tindakan NU bukan lagi seperti model jamaah. Tapi sudah dengan manajemen organisasi. Jadi ada standar dan sistem yang dibuat dan keputusan dibuat melalui musyawarah yang hasilnya PBNU KH Ahmad Mustofa Bisri menyampaikan hal itu dalam diskusi pertama Halaqoh Nasional Fiqih Organisasi yang digelar Majma' Buhuts an-Nahdliyah MBN di Hotel Lor In kawasan Pecatu Indah Resort, Kuta, Badung, Bali, Jum'at 11/12 malam. Halaqoh diikuti oleh lima puluhan ulama se-Jawa Madura dan Bali yang tergabung dalam forum diskusi ke-NU-an MBN tersebut. Pengasuh Ponpes Raudlatut Tholibin Leteh Rembang ini menjelaskan, walaupun NU berwarna tradisional, manajemennya harusnya modern. Manajemen modern bukan berarti meninggalkan basis tradisi dan ciri khasnya, tetapi menggunakan cara yang benar dan dalam menjalankan jam'iyyah. Penekanannya pada musyawarah. "NU adalah jam'iyah. Maka tindakannya harus sebagai organisasi. Bukan lagi model jamaah," ujarnya dalam forum yang dipandu pengasuh Pondok Pesantren Al-Muayyad Solo KH Dian Nafi, hingga larut malam itu. Kiai yang biasa dipanggil Gus Mus ini menguraikan, musyawarah harus dilakukan dan menjadi standar kewajiban setiap pengambilan keputusan. Terlebih untuk urusan yang terkait langsung dengan umat. Ia membeberkan, banyak terjadi konflik di internal NU karena faktor politik. Ada kiai A mendukung calon kepala daerah X, lalu kiai B mendukung calon Y. Lalu santrinya Kiai A tukaran dengan santrinya Kiai B. Bahkan kiainya sendiri kadang ikut jothakan. Hal itu menurutnya, menunjukkan pola yang tidak terorganisir. Semestinya, kata budayawan ini, para kiai yang berada dalam lembaga Syuriyah NU memerintahkan pengurus Tanfidziyah untuk meneliti rekam jejak para calon. Laporannya dibahas oleh syuriyah dalam musyawarah. Lalu para kiai melakukan istikhoroh. Hasil dari musyawarah dan istikhoroh itu menjadi bahan mengambil keputusan. "Semestinya ulama bermusyawarah untuk memutuskan siapa calon yang layak didukung. Itupun melalui istikhoroh dulu," tegasnya. Lebih lanjut dia menambahkan, dalam musyawarah itu para calon atau calon yang dianggap layak, dipanggil untuk presentasi di depan para ulama. Dia harus menjelaskan apa komitmennya kepada rakyat, bagaimana pengelolaan pemerintahannya jika terpilih. Dia juga harus menjawab pertanyaan para kiai tentang perlindungan alam lingkungan, pelayanan kepada fakir miskin dan anak terlantar, perlindungan budaya, dan seterusnya. "Jadi keputusan ulama bulat. Jelas untuk kemaslahatan umat. Pemimpin ulama, yakni Rais Syuriyah, lantas menyampaikan hasil musyawarah tersebut kepada umat. Keputusman itu berjalan efektif sampai ke bawah dengan jalur komando yang kuat. Pengurus Tanfidziyah menyebaruaskan keputusan ulama tersebut. Jadi kontrol kekuasaan itu di tangan jam'iyyah NU. Tidak sikap pribadi kiai A, B, atau C. "Ketika keputusan sudah dibuat, seluruh kiai dan warga NU sampai tingkat paing bawah satu suara, satu pilihan. Manut pada dhawuh rais syuriyah," . Untuk mewujudkan hal itu, kata Gus Mus, dengan menyuwun Fiqih Organisasi. Sebagai pedoman pelaksanaan organisasi, baik oleh NU maupun organisasi lain. Ia mengaku sudah memikirkan hal dan telah mengusulkannya agar dibahas dalam setiap Muktamar yang ia hadiri. ichwan/abdullah alawi
Jakarta -Organisasi islam terbesar di Indonesia Nahdlatul Ulama NU akan memperingati seabad NU berdiri pada Selasa, 7 Februari 2023. Sebagai salah satu organisasi Islam tertua, NU memiliki sejarah yang panjang dan pengaruh kuat karena memiliki banyak pengikut di sendiri pertama kali didirikan pada 31 Januari 1926 silam. Hal yang mendasari terbentuknya organisasi Islam ini adalah banyaknya perbedaan ideologi dan arah politik dalam agama Islam di Indonesia. Selain itu, organisasi ini pun terbentuk atas nama kaum tradisionalis dalam menanggapi berbagai fenomena di dunia Islam yang ada di dalam maupun di luar Langkah Politik Suami Yenny Wahid Dhohir Farisi dari Gerindra ke PSI, Ini ProfilnyaLantas, bagaimana sejarah terbentuknya salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama NU? Berikut informasi mengenai sejarah Nahdlatul Ulama dan para Terbentuknya Nahdlatul UlamaMelansir dari laman NU Online, awal mula sejarah terbentuknya Nahdlatul Ulama adalah karena berangkat dari pembentukan Komite Hijaz. Komite Hijaz adalah sebuah kumpulan panitia yang dibentuk oleh Hasyim Asy’ari untuk dikirimkan ke Muktamar Dunia Islam. Tujuannya yaitu untuk melindungi kebebasan bermazhab dari kebijakan Raja Arab Saudi tentang keagamaan ini dihadapi oleh para ulama pesantren ketika Raja Arab Saudi dari Dinasti Saud ingin membongkar makam Nabi Muhammad SAW. Hal ini disebabkan karena makam tersebut menjadi tujuan ziarah banyak umat Muslim yang dianggap sebagai bid’ah. Selain itu, Raja Arab pun menerapkan kebijakan untuk menolak praktik mazhab dalam agama Islam. Dia ingin agar hanya mazhab Wahabi yang digunakan sebagai mazhab resmi dari Raja Saud tersebut akhirnya di bawa ke Muktamar Alam Islami atau Muktamar Dunia Islam. Kebijakan tersebut tentu menjadi masalah karena ulama pesantren menganggap hal tersebut sebagai upaya memberangus tradisi dan budaya dalam Islam yang selama ini telah berkembang. Selain itu, rencana tersebut pun dapat menjadi menjadi ancaman bagi peradaban Islam itu, Abdul Wahab Chasbullah yang tergabung dalam Centraal Comite Chilafat CCC menyampaikan jika delegasi CCC untuk Muktamar Dunia Islam harus mampu mendesak Raja Ibnu Saud untuk memberikan kebebasan bermazhab. Sistem mazhab yang selama ini berjalan di tanah Hijaz harus dilindungi dan dipertahankan. Hal tersebut disampaikan Abdul Wahab dalam Kongres Islam Keempat di Sayangnya, diplomasi tersebut selalu berakhir dengan kekecewaan. Akhirnya, dia pun melakukan langkah strategis dengan membentuk panitia sendiri yang bernama Komite Hijaz. Untuk menyampaikan pemikirannya di Muktamar Dunia Islam, Komite Hijaz menunjuk Raden Asnawi sebagai baru pun muncul, untuk institusi mana Raden Asnawi tersebut dikirim? Akhirnya dengan persetujuan Hasyim Asy’ari sebagai guru dari Abdul Wahab, dibentuklah organisasi Jam’iyah Nahdlatul Ulama atau yang saat ini dikenal dengan Nahdlatul Ulama saja pada 16 Rajab 1344 Hijriah. Tanggal terbentuknya Nahdlatul Ulama tersebut bertepatan dengan 31 Januari 1926 Pendiri Nahdlatul Ulama NUNahdlatul Ulama tidak mungkin ada hingga saat ini jika tidak memiliki orang-orang hebat sebagai pendirinya. Terdapat tiga orang tokoh yang memiliki peran penting dalam sejarah terbentuknya Nahdlatul Ulama ini. Ketiga orang tersebut adalah Hasyim Asy’ari, Abdul Wahab Chasbullah, dan Bisri itu, Hasyim Asy’ari ditunjuk sebagai pemimpin tertinggi pertama Nahdlatul Ulama atau disebut juga sebagai Rais Akbar. Kemudian, disusul oleh Abdul Wahab sebagai Rais Aam Kedua, dan Bisri Syansuri sebagai Rais Aam rangkuman informasi mengenai sejarah terbentuknya Nahdlatul Ulama NU beserta para pendirinya. VIVIA AGARTHA F RADEN PUTRIBaca juga Seabad Nahdlatul Ulama Menganut Paham Aswaja, Apakah Artinya? Ikuti berita terkini dari di Google News, klik di sini.
az zahir jam iyah nahdlatul ulama